Apa itu Stigma dan Bagaimana Memengaruhi dalam Suatu Hubungan?

Semakin banyak studi menyebutkan bagaimana stigma bisa berdampak negatif ke kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tentunya hal tersebut sangat relevan untuk individu dan pasangan. Menurut sejumlah akademisi, stigma dapat berupa perlakuan orang-orang yang berada dalam posisi sosial yang menguntungkan dan berkuasa terhadap orang lain yang tidak memiliki status ini. Saat seseorang menghadapi stigma, mereka merasakan sudut pandang yang tidak menguntungkan dan terpisah dari orang lain. Selain itu, mereka mengalami prasangka dan perlakuan tidak adil. Secara individu, kita bisa menghadapi stigma karena suku, usia, keyakinan, atau kelas sosial, sebagai sejumlah contoh kecil (yang sayangnya, ada banyak contoh lainnya).

Sekarang, setelah kita memiliki pemahaman yang lebih jelas soal apa itu stigma secara umum, mari kita lihat dari perspektif sebuah hubungan, tentang bagaimana hal tersebut relevan untuk pasangan. Pasangan menghadapi stigma saat mereka berada di luar apa yang didefinisikan masyarakat sebagai hubungan yang umum dan oleh karena itu dapat diterima, seperti pasangan yang berbeda status ekonomi, antar suku, atau yang memiliki perbedaan usia. Faktanya, stigma terhadap hubungan yang tidak disetujui bisa begitu kuat dan menyedihkan, artinya bisa menghalangi orang untuk membiarkan diri mereka berada dalam hubungan seperti itu atau bahkan menjadikan mereka menyembunyikannya.

Tetapi, sama menantangnya dengan stigma dalam budaya dan masyarakat berpasangan, tampaknya lebih sulit untuk ditangani jika itu datang dari teman dan keluarga. Namun, dalam perspektif sebuah hubungan, kita juga bisa melihat adanya pasangan yang tidak konvensional justru tahan banting. Melawan stigma, pasangan bisa menemukan cara untuk mengatasi dan meneruskan, juga di mana mereka bisa menemukan validasi dan penerimaan, hubungan sosial yang menyetujui ini tentunya akan memberikan dampak positif.